BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ternak ruminansia adalah ternak yang mempunyai lambung
yang terdapat 4 bagian yaitu Rumen (perut hannduk), Retikulum (perut jala), Omasum
(perut kitab), dan Abomasum (lambung sejati. Di dalam rumen ini terdapat
berbagai jenis mikroba atau yang sering kita senbut yaitu mikroba rumen. Salah
satu fungsi dari mikroba rumen adalah untuk mengfermentasikan pakan dengan
kandungan selulosa didalamnya atau pakan yang berserat tinggi. Kemapmpuan
mikroba rumen dalam pendegradasian pakan menjadi bentuk yang lebuh sedehana
menyebabkan pakan mudah dicerna dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
ternak.
Berdasarkan fungsi dan
jenisnya mikroba yang terdapat dalam rumen di klafikasikan menjadi 3 jenis,
adalah bakteri, protozoa dan fungi atau jamur. Volume dari keseluruhan mikroba
di perkirakan meliputi 3,60% dari cairan rumen (Bryant, 1970). Bakteri adalah
mikroba terbesar di dalam rumen sedangkan protozoa lebih sedikit yaitu sekitar
satu juta/ml cairan rumen, adanya mikroba ini didalam rumen merupakan salah
satu karakter ternak ruminansia dengan sister pencernaanya dengan ternak lain.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapan rumusan adalaah sebagai berikut :
1.
Apa
yang dimaksud dengan mikrobiologi rumen ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan bakteri ?
3.
Apa
yangdimaksud dengan protozoa ?
4.
Apa
yang dimaksud dengan fungi ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui jenis mikroba yang ada dirumen dan bagaimana karakteristik dari
masing-masing mikroba pada rumen ?
2.
Untuk
mengetahui manfaat mikroba rumen ?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mikrobiologi Rumen
Mikroba
rumen adalah organisme yang hidup dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau,
kambing, domba dll) yang berperan penting dalam pendegradasian polisakarida
pada dinding sel tanaman serta serat kasar. Berdasarkan pendapat Ali (2012),
bahwa pakan hijauan akan difermentasi oleh mikroba rumen sebagai sumber energi
bagi ternak ruminansia tersebut. Hal senada diungkapkan oleh Das, dkk (2012),
yang mengatakan bahwamikroba rumen dapat memanfaatkan nutrisi pakan secara
lebih efisien sebagai sumber energi ternak.
Keberadaan
mikroba rumen ini disebabkan karena pada rumen ternak ruminansia tidak dapat
dihasilkan enzim untuk mendegradasi polisakarida dalam dinding sel tanaman,
sehingga keberadaan mikroba rumen sangat berperan penting di dalamnya. Hal ini
merupakan pendapat dari Jakober, dkk (2009), yang juga menyebutkan bahwa 3
jenis mikroba dalam rumen adalah bakteri, protozoa dan fungi/jamur.Berdasarkan
pendapat Das, dkk. (2012), bakteri pada rumen dapat memproduksi enzim yang
dapat memecah hijauan sebagai sumber energi ternak ruminansia. Hal ini
menyebabkan jumlah bakteri sangat banyak dan merupakan yang paling banyak
dibandingkan dengan jumlah protozoa atau fungi/jamur. Dalam rumen, bakteri yang
hidup tidak hanya 1 jenis, melainkan terbagi menjadi jenis-jenis berbeda yang
diklasifikasikan berdasarkan letaknya dalam rumen dan berdasarkan jenis bahan
yang digunakan dan hasil fermentasinya.
Urutan
pola fermentasi dalam rumen: Glukosa→ silosa → pati→selulosa→ peranan mikroba
rumen dalam membantu pemecahan zat gizi dalam pakan dan mengubahnya menjadi
senyawa yang dapat dimanfaatkan oleh ternak merupakan keuntungan yang dimiliki
oleh hewan ruminansia. Setelah pakan diproses di dalam mulut, proses kedua
adalah di bagian Rumen. Rumen berbentuk seperti sebuah kantung, yang berfungsi
sebagai tempat untuk mengolah pakan dengan bantuan mikroba 5 Berikut beberapa
fungsi utama mikroba rumen yaitu:
1) Mencerna
selulosa, pati, pectin, silan, pentosa dan karbohidrat terlarut
dalam ransum. Untuk mengolah
selulosa pakan, proses ini dilakukan oleh jamur, dengan cara membentuk koloni
pada jaringan selulosa pakan yang tumbuhmenembus dinding selulosa, nanti pakan
lebih mudah dicerna oleh enzim bakteri rumen. Jumlah selulosa pada serat kasar
sekitar 30 – 60% dari total bahan
kering. Setelah itu, selulosa ini akan diuraikan menjadi glukosa, kemudian
hasil fermentasinya berupa volatille fatty acids (VFA) bergunasebagai sumber
energi utama bagi ternak.
2) Mencerna protein dan senyawa nitrogen
dalam ransum atau mensintesisasam-asam amino dari zat-zat yang mengandung
nitrogen yang lebihsederhana.
3) Mensintesis protein dan asam
amino yang berasal dari ammonia; atau dengankata lain mengubah protein pakan
yang berkualitas rendah dan non-proteinnitrogen (NPN) menjadi protein penyusun
tubuh yang mempunyai komposisiasam amino ideal.
4) Mensintesis vitamin yang
dibutuhkan oleh induk semang (host) dan spesiesmikrobia atau membentuk vitamin
B komplek dan vitamin A, yang berfungsisebagai sumber nutrisi bagi ternak.
5) Mikroba rumen yang mati, akan
masuk ke dalam usus halus dan selanjutnyaakan diproses menjadi sumber protein
yang berkualitas tinggi.
2.2
Kelompok Mikroba Dalam Rumen
2.2.1
Bakteri
Bakteria
rumen berbentuk bulat atau seperti cocci dengan ukuran 1-2503. Rumen dihuni
bakteria yang bersifat anaerob obligat, beberapa bersifat anaerob fakulatif.
Bakteria kecil merupakan jumlah dari setengah seluruh biomas rumen tetapi
berperanan besar dalam pekeerjaan metabolik. Bakteri merupakan biomassa terbesar
di dalam rumen, terdapat sekita r50% dari total bakteri hidup bebas dalam
cairan rumen dan sekitar 30-40% menempel pada partikel makanan. Beberapa jenis
bakteri dari spesies Micrococcus,
Staphylococcus, Streptococcus, Corynebacterium, Lactobacillus, Fusobacterium
dan Propionibacteriun ditemukan
menempel pada epitel dinding rumen, disamping itu terdapat spesies bakteri
methanogen yang hidup menempel pada protozoa (Dehority, 2004). Bakteri
pada rumen dapat memproduksi enzim yang dapat memecah hijauan sebagai sumber
energi baru bagi ternak ruminansia (Das dan Qin, 2012). Menurut Suwandi
(1997), bahwa bakteri merupakan biomassa mikroba yang terbesar di dalam rumen,
berdasarkan letaknya dalam rumen, bakteri dapat dikelompokkan menjadi :
a.
Bakteri yang bebas dalam cairan rumen (30% dari total bakteri)
b.
Bakteri yang menempel pada partikel makanan (70% dari total bakteri)
c.
Bakteri yang menempel pada epithel dinding rumen
Berdasarkan jenis bahan yang digunakan dan
hasil fermentasinya, jenis- jenis bakteri pada rumen dibedakan berdasarkan
substrat yang didegradasi, yaitu bakteri Selulolitik, bakteri Hemiselulolitik,
bakteri amilolitik, bakteri proteolitik, bakteri lipolitik, bakteri
methanogenik, bakteri ureolitik, Sugar Untilizer Bacteria (bakteri pemakai
gula), dan Acid Utilizer Bacteria (Bakteri Pemakai Asam).
Bakteri
Selulolitik
Bakteri
selulolitik menghasilkan enzim selulose dari hidrolisis ikatan beta 1,4-glikosida (selulosa). Dapat
menghidrolisis hemiselulosa (sekitar 15% dari bakteri selulolitik). Terdapat dalam jumlah banyak di rumen, jika pakan berseratkccasar
tinggi. Keuntungannya dari bakteri ini, energi (ATP) yang dihasilkan cukup
untuk digunakan oleh bakteri itu sendiri sehingga tidak mengurangi pemakaian
energi oleh ternak (Meryandini, Anja. dkk.2009).
Bakteri
Hemiselulolitik
Hemiselulose
berbeda dengnan selulosa terutama dalam kandungan pentose gula heksosa serta
biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang penting
dalam dinding sel tanaman.
Bakteri hemiselulotik ini
dapat menghidrolisa selulosa biasanya juga dapat menghidrolisa (mencerna)
hemiselulosa pada dinding sel tanaman.
Meskipun demikian ada beberapa spesies yang dapat menghidrolisa
hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa selulosa. Beberapa contoh bakteri
hemiselulolitik adalah Clostridium cellulovorans dan Bacteriodes ruminicola
(Caribu, dkk. 2011). Ada juga bakteri jenis Butyrivibrio fibriosolven, Bacteriodes
ruminicola.
Bakteri
Amilolitik
Bakteri
amiolitik merupakan mikroorganisme yang mampu memecah pati menjadi senyawa yang
lebih sederhana, terutama dalam bentuk glukosa. Kebanyakan mikroorganisme
amilolitik tumbuh subur pada bahan pangan yang banyak mengandung pati atau
karbohidrat, misalnya pada berbagai jenis tepung.
Bakteri
Proteolitik
Bakteri
proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak terdapat pada saluran
pencernaan manakan mamalia termasuk karnivora (carnivora). Didalam rumen, beberapa spesies diketahui
menggunakan asam amino sebagai sumber utama energi. Beberapa contoh bakteri
proteolitik antara lain Bacteroidesamylophilus, Clostridium sporogenes, Bacillus
licheniformis (Soetanto,1998).
Bakteri Methanogenik
Sekitar
25 persen dari gas yang diproduksi didalam rumen adalah gas methan. Bakteri ini
merupakan bakteri yang menghasilkan gas metan dari bahan karbohidrat dan asam
organic. Contoh bakteri ini antara lain Methanobacterium
ruminantium dan Methanobacterium formicium (Khaedar, 2010).
Bakteri
Lipolitik
Beberapa
spesies bakteri menggunakan glyserol dan sedikit gula sebagai sumber pangannya.
beberapa spesies lainya dapat menghidrolisa asam lemak tak jenuh dan sebagian
lagi dapat menghidrolisa asam lemak tak jenuh dan sebagian lagi dapat
menetralisir asam lemak rantai panjang menjadi keton. Enzim lipase bakteria dan
protozoa efektif dalam menghidrolisa lemak dalam choloplast. Contoh bakteri lipolitik antara lain Anaerovibrio lipolytica dan
Selemonas ruminantium var. lactilytica (Soetanto,1998)
Bakteri
Ureolitik
Sejumlah
spesies bakteri rumen menunjukkan aktivitas ureolitik dengan jalan
menghidrolisis urea menjadi CO2 dan ammonia. Beberapa jenis bakteri ureolitik
menempal pada epithelium dan menghidrolisa urea yang masuk kedalam rumen
melalui difusi dari pembuluh darah yang terdapat pada dinding rumen. Oleh
karena itu konsentrasi urea dalam cairan rumen selalu rendah. Salah satu contoh
bakteri ureolitik ini misalnya adalah Streptococcus sp.
Di
dalam rumen yang normal biasanya jumlah bakteri ini mencapai antara 15 – 80
x 109 isi rumen. (Soetanto, 1998).
Bakteri
Pemakai Gula (Sugar Utilizer Bacteria)
Hampir
semua bakteri pemakai polisakarida dapat memfermentasikan disakarida dan
monosakarida. Tanaman muda mengandung karbohidrat siap terfermentasi dalam
konsentrasi yang tinggi yang segera akan mengalami fermentasi begitu sampai di
retikulo-rumen. Kesemua ini merupakan salah satu kelemahan/kerugian dari sistem
pencernaan ruminansia. Sebenarnya gula akan lebih efisien apabila dapat dicerna
dan diserap langsung di usus halus (Soetanto,1998).
Bakteri
Pemakai Asam (Acid Utilizer Bacteria)
Beberapa
jenis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam laktat meskipun jenis bakteri
ini umumnya tidak terdapat dalam jumlah yang berarti. Jenis lainnya dapat
menggunakan asam suksinat, malat dan fumarat yangmerupakan hasil akhir
fermentasi oleh bakteri jenis lainnya. Asam format dan asetat juga digunakan
oleh beberapa spesies, meskipun mungkin bukan sebagai sumber energi yang utama.
Asam
oksalat yang bersifat racun pada mamalia akan dirombak oleh bakteri rumen,
sehingga menyebabkan ternak ruminansia mampu mengkonsumsi tanaman yang beracun
bagi ternak lainnya sebagai bahan makanan. Beberapa spesies bakteri pemakai asam
laktat yang dapat dijumpaidalam jumlah yang banyak setelah ternak mendapatkan
tambahan jumlah makanan butiran maupun pati dengan tiba-tiba adalah jenis Peptostreptococcusbacterium,
Propioni bacterium dan Selemonas lactilytica (Soetanto, 1998).
Ada
beberapa macam bakteri utama dalam rumen antara lain:
-
Bacteroides succinogenes sebagai sumber energi bakteri ini yaitu
glukosa, selulosa, selebiosa dan pati dan produk utama dari bakteri ini adalah
asetat, suksinat dan format.
-
Ruminococcus albus sebagai sumber energi bakteri ini yaitu glukosa,
selulosa dan Xylan dan produk utama bakteri ini adalah asetat, laknat, format,
etanol, CO2 dan H2
-
Ruminococcus flavivacilus sebagai sumber energi
bakteri ini yaitu glukosa, selulosa dan xyloan dan produk utama bakteri ini
adalah asetat, suksinat danformat serta H2
-
Butyrivibrion fibrisolvans sebagai sumber
energi utama bakteri ini yaituglukosa, selulosa, xylan dan pati dan produk
utama bakteri ini adalah asetat, butirat, laktat, format, CO2, H2, etanol
- Bateroides ruminicola sebagai
sumber energi utama bakteri ini yaitu glukosa, xylan dan pati dan produk utama
bakteri ini adalah asetat, propionat, suksinatdan format.
- Bacteroides
amylophilus sebagai sumber energi utama bakteri ini yaitu pati
danmaltosa dan produk utama bakteri ini adalah asetat, suksinat dan format.
-Selenomonus
ruminantium sebagai sumber energi utama bakteri ini yaitug lukosa,
pati, gliserol, dan suksinat dan produk utama bakteri ini adalah
asetat, propionat, laktat, format dan CO2
2.2.2
Protozoa
Sebagian
besar protozoa yang terdapat didalam rumen adalah cilliata meskipun flagellate
juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan non pathogen dan
mikroorganisme anaerobik. Pada kondisi rumen yang normal dapat dijumpai ciliata
sebanyak 105 -106/ml isi rumen. Secara morphologis protozoa dalam rumen dibagi
dalam 2 ordo, yaitu
a. Holotrich
Merupakan protozoa dengan ukuran yang lebih besar,
berbentuk oval, dengan baris-baris cilia menutupi pada seluruh tubuhnya.
Ciri-ciri umum dari Holotricha adalah pergerakannya yang cepat, bentuk sel
umumnya oval dan terdapat dalam konsentrasi yang tinggi bila makanan utama.
Terdapat 2 genusyaitu: isotrich dan dasytrich. Sumber makanan utamanya
adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, xylosa, galaktosa dan pektin. Karbohidrat
akan disimpan dalam bentuk amilopektin (salah satu bentuk rantai panjang pati).
Jenis ciliata rumen ini mempunyai peranan penting dalam metabolisme karbohidrat
dengan jalan menelan gula segera setelah masuk ke rumen dan menyimpannya dalam
bentuk amilopektin, yang selanjutnya akan melepaskan kembali senyawa ini
kedalam cairan rumen pada saat populasi holotricha mengalami lisis atau pada
fase pertumbuhan nya. Hasil akhir dari fermentasi adalah karbohidrat dalam
bentuk amilopektin, VFA, CO2 dan H2. Amilopektin merupakan cadangan karbohid
rat untuk diproses berikutnya.
Mekanisme ini mempunyai pengaruh positif terhadap tersedianya karbohidrat dapat terfermentasi (fermentable carbohydrate) bagi bakteri rumen, terutama apabila tidak terdapat lagi karbohidrat dalam makanan misalnya pada saat ternak beristirahat. Meskipun demikian apabila didalam rumen terdapat kandungan gula yang terlarut sangat tinggi, kelompok Holotricha akan terus memangsa senyawa tersebut hingga pada saat sel ciliata pecah karena tidak terdapatnya kontrol mekanisme pembatas konsumsi. Beberapa spesies Holotrichayang penting antara lain Isotricha intestinalis, Isotricha prostoma, Dasytricharumiantium.
b.
Oligotrich
Merupakan
protozoa dengan ukuran lebih kecil, dengan cilia di daerah mulut. Sumber pakan
utamanya adalah starch, selulase dan glactosil gliserida. Dapatnya mencerna
plant fiber adalah adanya proses simbiose intaseluler dengan cellulolytic
bakteri atau pada saat bakteria dimakan oleh protozoa, cellulase yang berada
dalam bakteri masih aktif untuk beberapa lama dapat memecah selulosa. Adanya protozoa dalam rumen antara lain untuk menstabilkan
fermentasi, bertindak sebagai buffer, oleh karena itu maka
protozoa dapat disebut esensial untuk optimum performan hewan tetapi tidak
ensensial untuk pokok hidupnya. Jenis dan bentuk ransum mempengaruhi jumlah dan
tipe protozoa. Pakan hay tinggi,
protozoa jenis isotrich dan dasytrich yang terbanyak. Bila pakan mengandung konsentrat, maka jenis
entodinium lebih dominan, sedangkan ransum bentuk pelet akan mengurangi jumlah
protozoa, karena:
-Turn
over pada rumen relatif cepat, sedangkan protozoa proses regenerasinya relatif
lebih lama.
-Ada
perubahan fisik dan kimiawi pada pakan pelet sehingga lebih
disenangi bakteria.
Bakteri selulolitik juga diketahui hidup secara simbiosis dengan oligotricha di dalam selnya. Spesies penting dari oligotricha antara lain Diplodinium dentatum, Eudiplodinium bursa, Polypastron multivesiculatum, Entodinium caudatum
Baik
holotricha maupun oligotricha secara aktif memangsa
bakteri, bahkan beberapa holotricha besar memangsa oligotricha kecil.
Dibandingkan dengan bakteri, populasi protozoa rumen sangat bervariasi besarnya
(jumlahnya) dari nol sampai 5 x 106 perml isi rumen. Meskipun demikian pada
umumnya jumlah yang terdapat didalam rumen berkisar antara 0,2- 2,0 x 106 perml
(Soetanto, 1998).
2.2.3
Fungi/Jamur
Jamur/fungi
anaerob sangat berperan penting dalam komunitas mikro barumen. Fungi/jamur akan
memecah bahan makanan yang sulit dicerna dalam mikroba rumen, selain itu
fungi/jamur sangat berperan dalam degradasi serat yang terkandung dalam pakan
(Kostyukovsky, 1995). Fungi/jamur memiliki kemampuan memecah jaringan tanaman
lebih baik dari pada protozoa dan bakteri (Nagpal, 2010).
Kebanyakan
jamur mampu mengfermentaskan pati dan glikogen, selain polisakarida pada
dinding sel. Konsentrasi tertinggi jamur dalam rumen akan menurun abomasum ke
usus kecil, namun meningkat dalam usus besar. Fungi/jamur memiliki pengaruh
yang besar pada aktivitas fibrolytik rumen, berkurangnya jumlah populasi jamur
menyebabkan penurunan degradasi serat pakan, akibatnya konsumsi pakan mengalami
penurunan terutama ketika pakan memiliki kualaitas yang buruk (Mould,
2005). Salah satu fungi/jamur dalam rumen adalah Phycomycotesan aerob yang pada
umumnya terdapat pada sapi dan domba yang diberi
makanan berserat tinggi.
Jamur
ini akan menempel dan membentuk pada fragmen-fragmen pakan dalam rumen. Jamur
tersebut tidak terdapat dalam isi rumen hewan yang diberi daun halus(Prayitno,2010). Namun, jumlah fungi/jamur sangat berbanding terbalik dengan bakteri karena
menurut penelitian bahwa interaksi antar-mikroba dalam rumen dapat merugikan
ternak inang. Hal ini karena banyak jumlah mikroba dalam rumen, maka
semakin banyak pula kebutuhan konsumsi pakan dan serat kasar yang harus
dipenuhi.
Salah
satu ciri khas jamur rumen ini bila dibandingkan dengan jenis jamur lainnya
adalah kebutuhannya akan kondisi absolut anaerobik (strictly anaerobic) untuk
pertumbuhan dan terbentuknya senyawa hidrogen (H) dalam proses fermentasi
selulosa. Siklus kehidupan mikroorganisme ini dilaporkan berlangsung antara 24
- 30 jam, menandakan bahwa jamur rumen sangat erat kaitannya dengan material
yang sukar dicerna. Sampai dengan saat ini telah dikenal lebih dari 20 spesies
yang berbeda, meskipun sebagian belum mempunyai nama (Soetanto,1998).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikroba rumen
adalah organisme yang hidup dalam rumen ternak ruminansia (sapi, kerbau,
kambing, domba dll) yang berperan penting dalam pendegra-dasian polisakarida
pada dinding sel tanaman serta serat kasar. Mikroba dalam rumen yang paling
banyak jumlahnya diklasifikasikan menjadi tiga yaitu ; bakteri, protozoa dan
fungi/jamur. Dengan jumlah bakteri merupakan yang paling banyak dan fungi/jamur
merupakan yang paling sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Usman. 2012. Pengaruh
Penggunaan Onggok Dan Isi Rumen Sapi
Dalam Pakan Komplit Terhadap
Penampilan Kambing Peranakan Etawah. Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang.
Malang.
Cakra, I. G. L. O. dan Siti, N. W. 2008. Koefisien Cerna Bahan Kering dan Nutrien Ransum Kambing Peranakan
Etawah Yang Diberi Hijauan Dengan Suplementasi Konsentrat
Molamik. Majalah Ilmiah Peternakan 11(1):
12-17.
Jakober, M. Qi, K. D. dan T.A. McAllister. 2009. Rumen Microbiology Animal and Plant Productivity Lethbridge
Research Centre Canada. Canada.
McDonald, P., R. Edwards and J. Greenhalgh. 2002.
Animal Nutrition. 6th Edition. New
York.
Meryandini, A., dkk. 2009. Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakteristik Enzimnya. MAKARA
SAINS 13(1):32-38.
Nagpal, Ravinder et al. 2010. Influence of Bacteria and Protozoa from the rumenof buffalo on
in-vitro activities of anaerobic fungus Caecomyces sp. Isolated from the feces of elephant. Journal
of Yeast and Fungal Research Vol.1 (8), pp. 152-156
Prayitno, C. H. dan Hidayat, N. 2011. Aktivitas Selulolitik dan Produk Asam Lemak Volatile dari Bakteri Rumen Sapi
pada Substrat Jerami Padi. J. Anim.
Prod. 1(1): 1-9.
Soetanto, Hendrawan. 1998. Bahan Kuliah Nutrisi Ruminansia http://lkimfaternaunand.blogspot.com/2014/02/bahan-kuliah-nutrisi ruminansia-jurusan.html. Diakses tanggal 25 Maret 2020.
Suwandi. 1997. Peranan
Mikroba Rumen Pada Ternak Ruminansia. Lokakarya Fungsional Non-Peneliti.
Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. T. Baskoro.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar