Senin, 25 Mei 2020


MAKALAH
NUTRISI RUMINANSIA
“PERTUMBUHAN MIKROBA RUMEN”


DOSEN PENGAMPU: Dr. DEWI FEBRINA, S.Pt., M.P

DISUSUN OLEH
AJI PAMUNGKAS RIAU SAHRUL R(11780115287)
IIS MULIATI (11781200339)
NADIA FADLAN (11781201619)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pertumbuhan Mikroba Rumen” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Nutrisi Ruminansia”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Pertumbuhan Mikroba Rumen” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami  mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr.Dewi Febrina. S.Pt., M.P, selaku dosen pengampu mata kuliah “Nutrisi Ruminansia” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami  juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami  menyadari, makalah yang kami  tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.


Pekanbaru,      April 2020

Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1.1.Latar Belakang..................................................................................
1.2.Tujuan................................................................................................
1.3.Manfaat ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
2.1  Isolasi Mikroba..................................................................................
2.2  Kultivasi Mikroba..............................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
3.1  Kesimpulan .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................








BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Ternak ruminansia sepenuhnya tergantung pada peranan mikroba rumen dalam mendegradasi komponen serat, hal ini disebabkan karena ternak ruminansia tidak mampu memproduksi enzim yang dapat menghidrolisis selulosa maupun hemiselulosa sehingga mikroba rumen memiliki peranan penting dalam proses penyediaan energi bagi ruminansia.
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia seperti pada ternak pada umumnya berfungsi untuk mencerna bahan pakan, menyerap zat-zat makanan dan mengeluarkan sisa pakan. Lingkaran saluran pencernaan dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikonsumsi. Pakan utama rumninansia adalah hijauan. Pakan hijauan umumnya berciri amba (bulky) dan tinggi serat kasarnya. Keistimewaan ruminansia terletak pada sistem pencernaannya yang mampu memanfaatkan bahan makanan berserat kasar tinggi. Kemampuannya dalam mencerna bahan makanan berserat kasar tinggi, terletak pada rumen yang berfungsi mencerna serat kasar secara fermentasi dengan bantuan mikroba rumen.
Pada ternak yang mendapat pakan serat, perkembangan bakteri pencerna serat perlu ditingkatkan. Di dalam rumen ada tiga jenis mikroorganisme, yaitu bakteri, protozoa, dan fungi. Pakan dengan kualitas rendah menyebabkan kontribusi mikroba pada ternak semakin besar, sedangkan pada kondisi pakan miskin akan nutrisi populasi protozoa cenderung menekan perkembangan bakteri dan fungi karena protozoa tidak mendapat pakan yang layak bagi dirinya, padahl kedua golongan mikroba ini sangat dibutuhkan dalam pencernaan serat kasar, sehingga keberadaan protozoa harus terkontrol terutama di daerah pakan berkualitas rendah.
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Misalnya, kehadiran fungi dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat karena dia membentuk koloni pada jaringan selullosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Isolasi mikroorganisme adalah suatu upaya pemindahan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya untuk mendapatkan biakan murni. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungan bertujuan untuk memperoleh biakan murni yang sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang terdapat pada suatu substrat atau lingkungan sekitarnya. Sehingga dalam mempelajari ilmu mikroorganisme kita harus mengerti dan memahami bagaimana mendapatkan mikroba murni dengan cara mengisolasi dan memisahkan mikrobia tersebut sesuai dengan tujuannya. Melalui isolasi kita dapat mempelajari morfologi, biologi ataupun karakteristik mikrobia tersebut.
Kultivasi  pertama kali dilakukan oleh Robert Koch pada tahun 1843 – 1910, seorang ahli kebangsaan Jerman. Bakteri yang dimurnikan adalah bakteri Bacillus anthracis penyebab penyakit antrax pada sapi dan domba di Eropa pada saat itu. Biakan murni dari suatu biakan campuran dapat diperoleh dengan beberapa cara atau metode. Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi, dan serologi dibutuhkan mikroorganisme yang berasal dari satu spesies.
1.2.       Rumusan Masalah
1)   Apa yang dimaksud dengan isolasi mikroba?
2)   Apa tujuan dari isolasi mikroba?
3)   Apa yang dimaksud dengan kultivasi mikroba?
4)   Apa tujuan dari kultivasi mikroba?
1.3.       Tujuan
1)   Untuk mengetahui apa itu isolasi dan kultivasi mikroba.
2)   Untuk mengetahui apa tujuan dari isolasi dan kultivasi mikroba.


















BAB II
PEMBAHASAN
2.1.       Isolasi Mikroba Rumen
Cairan Rumen Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur pakan hasil fermentasi mikroba. Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan hanya mikroorganisme yang paling sesuai dapat hidup di dalamnya. Tekanan osmosis dalam rumen mirip dengan tekanan aliran darah dan suhunya 38- 42ºC. Cairan rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan pH tetap pada nilai 6,8 (Sutardi, 1977). Ternak mempunyai proporsi volume rumen lebih besar dari pada bobot badan, volume untuk ternak ruminansia kecil adalah 10 liter atau lebih. Pada ternak muda, rumen belum berkembang dan masih didominasi oleh abomasum.
Perkembangan bakteri rumen terjadi karena adanya kontaminasi dari lingkungan dan kontak langsung induknya sehingga dengan demikian, perkembangan populasi bakteri rumen akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur ternak. Pemberian hijauan dan pakan berserat tinggi pada ternak ruminansia akan menstimulasi perkembangan rumen (Hobson dan Stewart, 1992).
Mikroba Rumen yang mendominasi saluran pencernaan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu : Bakteri, Archae, dan Eukarya (Mackie et al., 2000). Dan dalam rumen terdapat empat jenis mikroorganisme anaerob, yaitu bakteri, protozoa, jamur dan virus. Dari keempat mikroorganisme tersebut bakteri mempunyai jenis dan populasi yang paling tinggi. Mikroba rumen menghasilkan produk fermentasi berupa Volatil Fatty Acid (asam asetat, asam propionat, asam butirat), CO2, CH4, dan NH3. Zat makanan yang didegradasi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Interaksi yang terjadi antar mikroba rumen adalah simbiosis mutualisme.
Isolasi Bakteri Isolasi adalah proses pemurnian bakteri dari sekelompok bakteri yang terdapat dalam habitat yang sama. Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri murni yang hanya terdiri dari satu species saja. Bakteri yang sudah dimurnikan, kemudian akan dibiakkan dalam media buatan untuk mendapatkan kultur bakteri murni dalam jumlah banyak.
Teknik isolasi mikroba menurut Hadiotomo(1993):
1.       Teknik pengenceran (dilution method) Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran beragam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Pengenceran suspense mikroba pada umumnya dilakukan dengan teknik pengenceran berseri (series of dilution). Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja.
2.       Teknik micromanipulator Satu ose bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam micromanipulator, kemudian ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan. Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Berikut ini adalah media yang digunakan pada isolasi mikroba :
1.      Isolasi pada medium padat Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengecerkan Mikrobiologi Peternakan oleh Dr. Ir. Yunilas, M.P 22 mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal.
2.      Isolasi pada medium cair Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pegenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar. Pada media cair pertumbuhan mikroba ditandai dengan kekeruhan mikroba.
3.      Isolasi sel tunggal Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
Isolasi Bakteri Seleksi koloni dilakukan secara bertahap sampai diperoleh satu koloni yang seragam. Koloni seragam ini ditumbuhkan pada media tumbuh yang baru, sehingga didapatkan isolat murni dari tabung tersebut. Isolat murni yang berhasil didapatkan akan disimpan sebagai stock kultur. Karakterisasi Isolat Bakteri Bakteri yang diperoleh dari proses isolasi dengan peningkatan taraf xilan secara bertahap mulai dari 0; 0,6; 1,2; 1,8; dan 2,4 %, diuji dengan pewarnaan Gram, dan diuji kemampuan tumbuhnya pada substrat xilan dengan taraf yang berbeda berdasarkan populasinya, luasan zona bening yang dihasilkan dan aktivitas enzimnya. Perhitungan Koloni. Bakteri yang telah diisolasi ditumbuhkan pada media yang mengandung xilan dengan taraf 0; 0,6; 1,2; 1,8; dan 2,4 %. Bakteri ditumbuhkan dengan masa inkubasi selama tiga hari pada suhu 39ºC dan 55ºC. Perhitungan bakteri dilakukan setelah diinkubasi selama tiga hari dengan menghitung Inokulum 10-2 0,05 ml 0,05 ml 0,05 ml 0,05 ml 0,05 ml 10-8 10-6 10-4 10-10 0,1 ml Media Tumbuh 0,05 ml jumlah koloni bakteri yang tersebar dan menempel pada permukaan tabung maupun pada permukaan agar dalam cawan petri.
Pengukuran zona bening merupakan salah satu indikator bahwa bakteri yang ditumbuhkan mempunyai kemampuan untuk mendegradasi substrat yang ditambahkan dalam media tumbuh. Pengukuran zona bening diperoleh dari mengukur luasan zona bening yang terbentuk dari media tumbuh. Media tumbuh bakteri yang sudah dihitung koloninya ditambahkan pewarna merah Congo secukupnya, kemudian diputar dengan menggunakan pemutar tabung selama 15 menit. Pewarna merah Congo akan meresap masuk dalam media tumbuh sehingga media akan menjadi merah. Setelah 15 menit pewarna dibuang dan diganti dengan larutan NaCl 1%. Pada saat pemberian larutan NaCl 1% tabung diputar selama 15 menit pula. Tahap terakhir larutan NaCl 1% dibuang dan diganti dengan larutan HCl 1% dan diputar selama beberapa saat. Zona bening terbentuk setelah pemberian larutan HCl 1 % pada medium.
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui morfologi sel bakteri dan untuk mengetahui kelompok bakteri berdasarkan Gram positif atau Gram negatif. Kaca objek diolesi inokulum secukupnya kemudian difiksasi di atas api hingga kering. Kaca objek diletakkan pada rak dan digenangi dengan larutan kristal violet dan didiamkan selama satu menit. Larutan kristal violet dibuang dengan memiringkan kaca objek dan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan dengan kertas tisu. Selanjutnya kaca objek digenangi dengan larutan iodin selama dua menit dan dibilas dengan alkohol 95% dengan komposisi aceton : alkohol (1 : 1 %). Tahap akhir kaca objek digenangi dengan larutan safranin selama 30 detik dan bilas dengan aquadest serta dikeringkan dengan kertas tisu. Saat pemeriksaan dengan mikroskop, ditetesi dengan minyak imersi. Pengamatan dengan mikroskop dilakukan dengan perbesaran 100 x pada lensa objek dan perbesaran 10 x pada lensa okuler. Pengukuran Aktivitas Enzim Xilanase. Satu ml larutan buffer tris-base yang mengandung 1% xilan dicampurkan dengan 1 ml enzim, kemudian diinkubasi pada suhu 40ºC di pemanas air selama 30 menit. Setelah 30 menit, campuran ini ditambahkan dengan 3 ml larutan pereduksi DNS dan dipanaskan pada suhu 100ºC selama 15 menit. Pembacaan dengan spektrofotometer dilakukan pada panjang gelombang 540 nm. Satu unit enzim adalah banyaknya enzim yang dapat memproduksi satu mikro mol xilosa dalam satu menit pada keadaan aktivitas tertentu. (Setyawati, 2007).
Proses isolasi dan pengembangbiakan bakteri rumen telah dimulai sejak tahun 1966 yang dilakukan oleh Hungate (Hobson dan Stewart,1992) dan terus mengalami perkembangan hingga sekarang ini. Metode isolasi bakteri rumen pada penelitian ini menggunakan metode tabung berputar. Prinsip dari metode ini adalah membiakkan mikroorganisme dalam tabung yang berisi media padat dan menempel tipis pada dinding tabung. Gas CO2 dialirkan selama proses inokulasi untuk menjaga kondisi tetap dalam keadaan anaerob. Selama masa inkubasi tabung ditutup dengan tutup karet untuk mempertahankan kondisi anaerob.
2.2.       Kultivasi Mikroba
Kultivasi adalah menumbuhkan mikroba dalam medium/ kultur/ biakan buatan diluar habitat alami. Kondisi media kultivasi harus sesuai dengan habitat aslinya sehingga isolate yang dibiakkan dapat berkembang dengan baik. Saat kondisi media kultivasi sesuai dengan habitat aslinya, maka pertumbuhan reproduksi bakteri dapat diamati dan diukur, pengaruh berbagai kondisi baik terhadap pertumbuhan maupun reproduksi bakteri tersebut dapat dipelajari, perubahan-perubahan apa saja yang dihasilkan oleh bakteri di dalam lingkunan tumbuhnya dapat diketahui. Keberhasilan metode kultivasi yang menghasilkan biakkan bakteri yang baik tergantung pada kebutuhan nutrisi yang tedapat dalam media biakan. Nutrisi adalah cara yang digunakkan oleh makhluk hidup untuk mengasimilasi makananya. Menurut (Volk dan Wheleer, 1988) Nutrient yng dibutuhkan oleh bakteri antara lain:
·         Sumber karbon karbohidat
·         Sumber ntroen (protein/ amoniak)
·         Ion-ion organic tertentu
·         Metobolit penting (vitamin, asam amino)
·         Air
Pada dasarnya, semua organisme membutuhkan energi untuk mempertahankan kehidupannya. Selain itu, ada beberapa organisme yang membutuhkan nitrogen, sulfur, unsur logam dan vitamin untuk menunjang kehidupannya (Pelczar dan Chan, 1986). Volk dan Wheleer (1988) menambahkan bahwa proses perombakan bahan organik menjadi bahan yang diperlukan oleh sel adalah: Perombakan bahan yang mengandung protein, karbohidrat, atau lipid; penyerapan bentuk materi dalam bentuk sederhana,kemudian sintesis protein, karbohidrat dan lipid dalam sel.  Bryant dan Robinson (1961) menyatakan bahwa bakteri memerlukan karbohidrat dalam proses pertumbuhannya. Pemberian karbohidrat dilakukan dengan konsentrasi yang rendah dengan tujuan pertumbuhan koloni dapat menyebar di seluruh permukaan media. Sebagian species bakteri, penambahan hemiselulosa pada media tumbuh dapat meningkatkan jumlah koloni daripada media yang hanya menggunakan glukosa, selubiosa, maltosa, dan pati sebagai sumber energinya (Henning dan Van Der Walt, 1978).
            Substrat spesifik ditambahkan pada media tumbuh dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat oleh bakteri (Leedle et al., 1982). Pada umumnya substrat yang digunakan adalah pati, pektin, xilan, glukosa dan selulosa. Media tumbuh tersebut digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri selulolitik, amilolitik, proteolitik, lipolitik, dan methanogenik (Hobson dan Stewart, 1992). 
            Disamping kebutuhan nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga diperlukan kondisi fisik yang memungkinkan untuk pertumbuhan optimum bakteri. Keberhasilan kultivasi bakteri tergantung pada kombinasi nutrien dan lingkungan fisik yang sesuai. Beberapa persyaratan lingkungan fisik yang harus dipenuhi antara lain:
·         Suhu
·          Atmosfer gas
·         Dan derajat keasaman, serta beberapa kondisi khusus (Pelczar dan Chan, 1986). 
            Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh adanya keberadaan gas atmosfer seperti oksigen dan karbondioksida. Atas dasar ini maka, terdapat empat kelompok besar bakteri yaitu : aerobik adalah organisme yang membutuhkan oksigen, anaerobik adalah organisme yang tidak memerlukan oksigen dalam hidupnya, anaerobik fakultatif adalah organisme yang dapat tumbuh dalam lingkungan aerobic maupun anaerobik, dan mikroaerofilik adalah organisme yang tumbuh dengan baik jika hanya ada sedikit oksigen dalam lingkungannya (Pelczar dan Chan, 1986). Pertumbuhan bakteri juga tergantung dari jumlah energi metabolis (ATP) yang tersedia. Jumlah ATP dari heksosa ini diperoleh dari jalur fermentasi oleh mikroorganisme rumen (Russell dan Bruckner, 1991). Penambahan cairan rumen dalam media, selain memberikan kondisi yang sesuai juga memberikan supply nutrien bagi mikroorganisme rumen (Hungate,1960). Sebagian besar bakteri dapat tumbuh dengan baik saat dikulturkan dengan penambahan cairan rumen untuk kebutuhan nutriennya (Russell dan Bruckner, 1991). 
            Sebagian besar bakteri tumbuh dengan baik pada pH 6,5 sampai 7,5. Namun, terdapat sebagian bakteri yang mampu tumbuh pada lingkungan yang sangat asam maupun sangat basa. Perubahan pH pada medium bakteri ini dapat disebabkan oleh senyawa yang dihasilkan oleh bakteri tersebut selama pertumbuhannya. Untuk menjaga kondisi seperti pH awal, maka pada medium biakan ditambahkan larutan penyangga. Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai penyangga adalah pepton maupun kombinasi garam fosfat (Pelczar dan Chan, 1986). 
Ada 3 metode dalam kultivasi mikroba, yaitu:
1.      Metode cawan gores (streak plate method) Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Ada beberapa tipe goresan yaitu: sinambung, radian, kuadran dan goresan T.
2.     Metode cawan sebar (spread plate method) Teknik spread plate merupakan teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari pengenceran itu yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia yang terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.
3.     Metode cawan tuang (pour plate method) Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada temperatur 45-50o C dengan suspensi bahan yang mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Setelah inkubasi akan terlihat kolonikoloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk, 1980).













BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Isolasi bakteri adalah proses pemurnian bakteri dari sekelompok bakteri yang terdapat dalam habitat yang sama. Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri murni yang hanya terdiri dari satu species saja. Bakteri yang sudah dimurnikan, kemudian akan dibiakkan dalam media buatan untuk mendapatkan kultur bakteri murni dalam jumlah banyak. Terdapat tiga jenis isolasi yang umum dilakukan yaitu isolasi pada media cawan, isolasi pada medium cair, dan isolasi sel tunggal.
Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai.Ada 5 parameter lingkungan yang utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperature, kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis.










DAFTAR PUSTAKA
Evrin, S.F. 2008. Isolasi dan karakterisasi bakteri penghasil enzim xilanase dari cairan rumen kambing & domba dan sumber air panas di Cipanas. Skripsi Fakultas Peternakan. Instirut Pertanian Bogor.
Fardiaz. 1988. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas – LSI. Bogo
Hobson, P. N and C. S Stewart.1992. The Rumen Microbial Ecosystem. Blackie Academic & Professional. New York.
Setyawati, I. 2007. Pemanfaatan tongkol jagung sebagai media untuk produksi enzim xilanase. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor















Tidak ada komentar:

Posting Komentar