MAKALAH
NUTRISI RUMINANSIA
“PERTUMBUHAN MIKROBA RUMEN”
DOSEN PENGAMPU: Dr. DEWI FEBRINA, S.Pt., M.P
DISUSUN OLEH
AJI PAMUNGKAS RIAU SAHRUL R(11780115287)
IIS MULIATI (11781200339)
NADIA FADLAN (11781201619)
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pertumbuhan Mikroba Rumen” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah “Nutrisi Ruminansia”. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Pertumbuhan Mikroba Rumen” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima
kasih kepada ibu Dr.Dewi Febrina. S.Pt., M.P, selaku dosen pengampu mata kuliah
“Nutrisi Ruminansia” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Pekanbaru, April 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1.1.Latar Belakang..................................................................................
1.2.Tujuan................................................................................................
1.3.Manfaat ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
2.1
Isolasi Mikroba..................................................................................
2.2
Kultivasi
Mikroba..............................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................
3.1
Kesimpulan .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ternak ruminansia sepenuhnya tergantung pada peranan mikroba rumen
dalam mendegradasi komponen serat, hal ini disebabkan karena ternak ruminansia
tidak mampu memproduksi enzim yang dapat menghidrolisis selulosa maupun
hemiselulosa sehingga mikroba rumen memiliki peranan penting dalam proses
penyediaan energi bagi ruminansia.
Sistem pencernaan pada ternak ruminansia
seperti pada ternak pada umumnya berfungsi untuk mencerna bahan pakan, menyerap
zat-zat makanan dan mengeluarkan sisa pakan. Lingkaran saluran pencernaan
dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikonsumsi. Pakan utama rumninansia adalah
hijauan. Pakan hijauan umumnya berciri amba (bulky) dan tinggi serat kasarnya.
Keistimewaan ruminansia terletak pada sistem pencernaannya yang mampu
memanfaatkan bahan makanan berserat kasar tinggi. Kemampuannya dalam mencerna
bahan makanan berserat kasar tinggi, terletak pada rumen yang berfungsi
mencerna serat kasar secara fermentasi dengan bantuan mikroba rumen.
Pada ternak yang mendapat pakan serat,
perkembangan bakteri pencerna serat perlu ditingkatkan. Di dalam rumen ada tiga
jenis mikroorganisme, yaitu bakteri, protozoa, dan fungi. Pakan dengan kualitas
rendah menyebabkan kontribusi mikroba pada ternak semakin besar, sedangkan pada
kondisi pakan miskin akan nutrisi populasi protozoa cenderung menekan
perkembangan bakteri dan fungi karena protozoa tidak mendapat pakan yang layak
bagi dirinya, padahl kedua golongan mikroba ini sangat dibutuhkan dalam
pencernaan serat kasar, sehingga keberadaan protozoa harus terkontrol terutama
di daerah pakan berkualitas rendah.
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang
cukup banyak jumlahnya. Misalnya, kehadiran fungi dalam rumen diakui sangat
bermanfaat bagi pencernaan pakan serat karena dia membentuk koloni pada
jaringan selullosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus sel tanaman
sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Isolasi mikroorganisme adalah suatu upaya pemindahan mikroba diluar
dari lingkungan alamiahnya untuk mendapatkan biakan murni. Pemisahan
mikroorganisme dari lingkungan bertujuan untuk memperoleh biakan murni yang
sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang terdapat pada
suatu substrat atau lingkungan sekitarnya. Sehingga dalam mempelajari ilmu
mikroorganisme kita harus mengerti dan memahami bagaimana mendapatkan mikroba
murni dengan cara mengisolasi dan memisahkan mikrobia tersebut sesuai dengan
tujuannya. Melalui isolasi kita dapat mempelajari morfologi, biologi ataupun
karakteristik mikrobia tersebut.
Kultivasi pertama kali
dilakukan oleh Robert Koch pada tahun 1843 – 1910, seorang ahli kebangsaan
Jerman. Bakteri yang dimurnikan adalah bakteri Bacillus anthracis penyebab
penyakit antrax pada sapi dan domba di Eropa pada saat itu. Biakan murni dari
suatu biakan campuran dapat diperoleh dengan beberapa cara atau metode. Biakan
murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan
dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,
fisiologi, dan serologi dibutuhkan mikroorganisme yang berasal dari satu
spesies.
1.2.
Rumusan Masalah
1)
Apa
yang dimaksud dengan isolasi mikroba?
2)
Apa
tujuan dari isolasi mikroba?
3)
Apa
yang dimaksud dengan kultivasi mikroba?
4)
Apa
tujuan dari kultivasi mikroba?
1.3.
Tujuan
1)
Untuk
mengetahui apa itu isolasi dan kultivasi mikroba.
2)
Untuk
mengetahui apa tujuan dari isolasi dan kultivasi mikroba.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Isolasi Mikroba
Rumen
Cairan Rumen Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong
yang menyimpan dan mencampur pakan hasil fermentasi mikroba. Kondisi dalam
rumen adalah anaerobik dan hanya mikroorganisme yang paling sesuai dapat hidup
di dalamnya. Tekanan osmosis dalam rumen mirip dengan tekanan aliran darah dan
suhunya 38- 42ºC. Cairan rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu
mempertahankan pH tetap pada nilai 6,8 (Sutardi, 1977). Ternak mempunyai
proporsi volume rumen lebih besar dari pada bobot badan, volume untuk ternak
ruminansia kecil adalah 10 liter atau lebih. Pada ternak muda, rumen belum
berkembang dan masih didominasi oleh abomasum.
Perkembangan bakteri rumen terjadi karena adanya kontaminasi dari
lingkungan dan kontak langsung induknya sehingga dengan demikian, perkembangan
populasi bakteri rumen akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur
ternak. Pemberian hijauan dan pakan berserat tinggi pada ternak ruminansia akan
menstimulasi perkembangan rumen (Hobson dan Stewart, 1992).
Mikroba Rumen yang mendominasi saluran pencernaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu : Bakteri, Archae, dan Eukarya
(Mackie et al., 2000). Dan dalam rumen terdapat empat jenis mikroorganisme
anaerob, yaitu bakteri, protozoa, jamur dan virus. Dari keempat mikroorganisme
tersebut bakteri mempunyai jenis dan populasi yang paling tinggi. Mikroba rumen
menghasilkan produk fermentasi berupa Volatil Fatty Acid (asam asetat, asam
propionat, asam butirat), CO2, CH4, dan NH3. Zat makanan yang didegradasi
adalah karbohidrat, lemak dan protein. Interaksi yang terjadi antar mikroba
rumen adalah simbiosis mutualisme.
Isolasi Bakteri Isolasi adalah proses pemurnian bakteri dari
sekelompok bakteri yang terdapat dalam habitat yang sama. Pemurnian ini bertujuan
untuk mendapatkan bakteri murni yang hanya terdiri dari satu species saja.
Bakteri yang sudah dimurnikan, kemudian akan dibiakkan dalam media buatan untuk
mendapatkan kultur bakteri murni dalam jumlah banyak.
Teknik isolasi mikroba menurut Hadiotomo(1993):
1. Teknik pengenceran (dilution method) Suatu sampel dari suatu
suspensi yang berupa campuran beragam spesies diencerkan dalam suatu tabung
yang tersendiri. Pengenceran suspense mikroba pada umumnya dilakukan dengan
teknik pengenceran berseri (series of dilution). Dari hasil pengenceran ini
kemudian diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari
pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium
padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh
dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu
koloni saja.
2. Teknik micromanipulator Satu ose bakteri dengan mikropipet yang
ditempatkan dalam micromanipulator, kemudian ditempatkan dalam medium encer
untuk dibiakkan. Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu
dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan
identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari
satu macam mikroorganisme saja.
Berikut ini adalah media yang digunakan pada isolasi mikroba :
1.
Isolasi pada
medium padat Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengecerkan
Mikrobiologi Peternakan oleh Dr. Ir. Yunilas, M.P 22 mikroorganisme sehingga
diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap
koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal
dari satu sel tunggal.
2.
Isolasi pada
medium cair Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak
dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada
kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial
pengenceran. Semakin tinggi pegenceran peluang untuk mendapatkan satu sel
semakin besar. Pada media cair pertumbuhan mikroba ditandai dengan kekeruhan
mikroba.
3.
Isolasi sel
tunggal Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel
mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar
cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran
sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet
kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara
aseptis.
Isolasi Bakteri Seleksi koloni dilakukan secara bertahap sampai
diperoleh satu koloni yang seragam. Koloni seragam ini ditumbuhkan pada media
tumbuh yang baru, sehingga didapatkan isolat murni dari tabung tersebut. Isolat
murni yang berhasil didapatkan akan disimpan sebagai stock kultur.
Karakterisasi Isolat Bakteri Bakteri yang diperoleh dari proses isolasi dengan
peningkatan taraf xilan secara bertahap mulai dari 0; 0,6; 1,2; 1,8; dan 2,4 %,
diuji dengan pewarnaan Gram, dan diuji kemampuan tumbuhnya pada substrat xilan
dengan taraf yang berbeda berdasarkan populasinya, luasan zona bening yang
dihasilkan dan aktivitas enzimnya. Perhitungan Koloni. Bakteri yang telah
diisolasi ditumbuhkan pada media yang mengandung xilan dengan taraf 0; 0,6;
1,2; 1,8; dan 2,4 %. Bakteri ditumbuhkan dengan masa inkubasi selama tiga hari
pada suhu 39ºC dan 55ºC. Perhitungan bakteri dilakukan setelah diinkubasi
selama tiga hari dengan menghitung Inokulum 10-2 0,05 ml 0,05 ml 0,05 ml 0,05
ml 0,05 ml 10-8 10-6 10-4 10-10 0,1 ml Media Tumbuh 0,05 ml jumlah koloni
bakteri yang tersebar dan menempel pada permukaan tabung maupun pada permukaan
agar dalam cawan petri.
Pengukuran zona bening merupakan salah satu indikator bahwa bakteri
yang ditumbuhkan mempunyai kemampuan untuk mendegradasi substrat yang
ditambahkan dalam media tumbuh. Pengukuran zona bening diperoleh dari mengukur
luasan zona bening yang terbentuk dari media tumbuh. Media tumbuh bakteri yang
sudah dihitung koloninya ditambahkan pewarna merah Congo secukupnya, kemudian
diputar dengan menggunakan pemutar tabung selama 15 menit. Pewarna merah Congo
akan meresap masuk dalam media tumbuh sehingga media akan menjadi merah.
Setelah 15 menit pewarna dibuang dan diganti dengan larutan NaCl 1%. Pada saat
pemberian larutan NaCl 1% tabung diputar selama 15 menit pula. Tahap terakhir
larutan NaCl 1% dibuang dan diganti dengan larutan HCl 1% dan diputar selama
beberapa saat. Zona bening terbentuk setelah pemberian larutan HCl 1 % pada
medium.
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui morfologi sel bakteri dan
untuk mengetahui kelompok bakteri berdasarkan Gram positif atau Gram negatif.
Kaca objek diolesi inokulum secukupnya kemudian difiksasi di atas api hingga
kering. Kaca objek diletakkan pada rak dan digenangi dengan larutan kristal
violet dan didiamkan selama satu menit. Larutan kristal violet dibuang dengan
memiringkan kaca objek dan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan dengan
kertas tisu. Selanjutnya kaca objek digenangi dengan larutan iodin selama dua
menit dan dibilas dengan alkohol 95% dengan komposisi aceton : alkohol (1 : 1
%). Tahap akhir kaca objek digenangi dengan larutan safranin selama 30 detik
dan bilas dengan aquadest serta dikeringkan dengan kertas tisu. Saat
pemeriksaan dengan mikroskop, ditetesi dengan minyak imersi. Pengamatan dengan
mikroskop dilakukan dengan perbesaran 100 x pada lensa objek dan perbesaran 10
x pada lensa okuler. Pengukuran Aktivitas Enzim Xilanase. Satu ml larutan
buffer tris-base yang mengandung 1% xilan dicampurkan dengan 1 ml enzim,
kemudian diinkubasi pada suhu 40ºC di pemanas air selama 30 menit. Setelah 30
menit, campuran ini ditambahkan dengan 3 ml larutan pereduksi DNS dan
dipanaskan pada suhu 100ºC selama 15 menit. Pembacaan dengan spektrofotometer
dilakukan pada panjang gelombang 540 nm. Satu unit enzim adalah banyaknya enzim
yang dapat memproduksi satu mikro mol xilosa dalam satu menit pada keadaan
aktivitas tertentu. (Setyawati, 2007).
Proses isolasi dan pengembangbiakan bakteri rumen telah dimulai
sejak tahun 1966 yang dilakukan oleh Hungate (Hobson dan Stewart,1992) dan
terus mengalami perkembangan hingga sekarang ini. Metode isolasi bakteri rumen
pada penelitian ini menggunakan metode tabung berputar. Prinsip dari metode ini
adalah membiakkan mikroorganisme dalam tabung yang berisi media padat dan
menempel tipis pada dinding tabung. Gas CO2 dialirkan selama proses inokulasi
untuk menjaga kondisi tetap dalam keadaan anaerob. Selama masa inkubasi tabung
ditutup dengan tutup karet untuk mempertahankan kondisi anaerob.
2.2.
Kultivasi
Mikroba
Kultivasi adalah menumbuhkan mikroba dalam medium/ kultur/ biakan
buatan diluar habitat alami. Kondisi media kultivasi harus sesuai dengan
habitat aslinya sehingga isolate yang dibiakkan dapat berkembang dengan baik.
Saat kondisi media kultivasi sesuai dengan habitat aslinya, maka pertumbuhan
reproduksi bakteri dapat diamati dan diukur, pengaruh berbagai kondisi baik
terhadap pertumbuhan maupun reproduksi bakteri tersebut dapat dipelajari,
perubahan-perubahan apa saja yang dihasilkan oleh bakteri di dalam lingkunan
tumbuhnya dapat diketahui. Keberhasilan metode kultivasi yang menghasilkan
biakkan bakteri yang baik tergantung pada kebutuhan nutrisi yang tedapat dalam
media biakan. Nutrisi adalah cara yang digunakkan oleh makhluk hidup untuk
mengasimilasi makananya. Menurut (Volk dan Wheleer, 1988) Nutrient yng
dibutuhkan oleh bakteri antara lain:
·
Sumber karbon
karbohidat
·
Sumber ntroen
(protein/ amoniak)
·
Ion-ion organic
tertentu
·
Metobolit
penting (vitamin, asam amino)
·
Air
Pada dasarnya, semua organisme membutuhkan energi untuk
mempertahankan kehidupannya. Selain itu, ada beberapa organisme yang
membutuhkan nitrogen, sulfur, unsur logam dan vitamin untuk menunjang
kehidupannya (Pelczar dan Chan, 1986). Volk dan Wheleer (1988) menambahkan
bahwa proses perombakan bahan organik menjadi bahan yang diperlukan oleh sel
adalah: Perombakan bahan yang mengandung protein, karbohidrat, atau lipid;
penyerapan bentuk materi dalam bentuk sederhana,kemudian sintesis protein,
karbohidrat dan lipid dalam sel. Bryant
dan Robinson (1961) menyatakan bahwa bakteri memerlukan karbohidrat dalam
proses pertumbuhannya. Pemberian karbohidrat dilakukan dengan konsentrasi yang
rendah dengan tujuan pertumbuhan koloni dapat menyebar di seluruh permukaan
media. Sebagian species bakteri, penambahan hemiselulosa pada media tumbuh
dapat meningkatkan jumlah koloni daripada media yang hanya menggunakan glukosa,
selubiosa, maltosa, dan pati sebagai sumber energinya (Henning dan Van Der
Walt, 1978).
Substrat spesifik
ditambahkan pada media tumbuh dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat oleh
bakteri (Leedle et al., 1982). Pada umumnya substrat yang digunakan adalah
pati, pektin, xilan, glukosa dan selulosa. Media tumbuh tersebut digunakan
untuk mengetahui jumlah bakteri selulolitik, amilolitik, proteolitik,
lipolitik, dan methanogenik (Hobson dan Stewart, 1992).
Disamping
kebutuhan nutrien yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga diperlukan kondisi
fisik yang memungkinkan untuk pertumbuhan optimum bakteri. Keberhasilan
kultivasi bakteri tergantung pada kombinasi nutrien dan lingkungan fisik yang
sesuai. Beberapa persyaratan lingkungan fisik yang harus dipenuhi antara lain:
·
Suhu
·
Atmosfer gas
·
Dan derajat
keasaman, serta beberapa kondisi khusus (Pelczar dan Chan, 1986).
Pertumbuhan
bakteri juga dipengaruhi oleh adanya keberadaan gas atmosfer seperti oksigen
dan karbondioksida. Atas dasar ini maka, terdapat empat kelompok besar bakteri
yaitu : aerobik adalah organisme yang membutuhkan oksigen, anaerobik adalah
organisme yang tidak memerlukan oksigen dalam hidupnya, anaerobik fakultatif
adalah organisme yang dapat tumbuh dalam lingkungan aerobic maupun anaerobik,
dan mikroaerofilik adalah organisme yang tumbuh dengan baik jika hanya ada
sedikit oksigen dalam lingkungannya (Pelczar dan Chan, 1986). Pertumbuhan
bakteri juga tergantung dari jumlah energi metabolis (ATP) yang tersedia.
Jumlah ATP dari heksosa ini diperoleh dari jalur fermentasi oleh mikroorganisme
rumen (Russell dan Bruckner, 1991). Penambahan cairan rumen dalam media, selain
memberikan kondisi yang sesuai juga memberikan supply nutrien bagi
mikroorganisme rumen (Hungate,1960). Sebagian besar bakteri dapat tumbuh dengan
baik saat dikulturkan dengan penambahan cairan rumen untuk kebutuhan nutriennya
(Russell dan Bruckner, 1991).
Sebagian besar
bakteri tumbuh dengan baik pada pH 6,5 sampai 7,5. Namun, terdapat sebagian
bakteri yang mampu tumbuh pada lingkungan yang sangat asam maupun sangat basa.
Perubahan pH pada medium bakteri ini dapat disebabkan oleh senyawa yang
dihasilkan oleh bakteri tersebut selama pertumbuhannya. Untuk menjaga kondisi
seperti pH awal, maka pada medium biakan ditambahkan larutan penyangga.
Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai penyangga adalah pepton maupun
kombinasi garam fosfat (Pelczar dan Chan, 1986).
Ada 3 metode dalam kultivasi mikroba, yaitu:
1.
Metode cawan
gores (streak plate method) Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu
menghemat bahan dan waktu. metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Ada
beberapa tipe goresan yaitu: sinambung, radian, kuadran dan goresan T.
2.
Metode cawan
sebar (spread plate method) Teknik spread plate merupakan teknik isolasi
mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba secara pulasan/sebaran di
permukaan media agar yang telah memadat. Metode ini dilakukan dengan
mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada
umumnya tidak diketahui, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap,
sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari pengenceran itu yang mengandung
koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia yang terpisah memungkinkan
koloni tersebut dapat dihitung.
3.
Metode cawan
tuang (pour plate method) Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar
yang sedang mencair pada temperatur 45-50o C dengan suspensi bahan yang
mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril. Setelah
inkubasi akan terlihat kolonikoloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin
berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk,
1980).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Isolasi bakteri adalah proses pemurnian bakteri dari sekelompok
bakteri yang terdapat dalam habitat yang sama. Pemurnian ini bertujuan untuk
mendapatkan bakteri murni yang hanya terdiri dari satu species saja. Bakteri
yang sudah dimurnikan, kemudian akan dibiakkan dalam media buatan untuk
mendapatkan kultur bakteri murni dalam jumlah banyak. Terdapat tiga jenis
isolasi yang umum dilakukan yaitu isolasi pada media cawan, isolasi pada medium
cair, dan isolasi sel tunggal.
Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi
nutrisi serta lingkungan fisik yang sesuai.Ada 5 parameter lingkungan yang
utama yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperature,
kelembaban (RH), kadar oksigen, pH dan osmosis.
DAFTAR PUSTAKA
Evrin, S.F. 2008. Isolasi dan karakterisasi bakteri penghasil
enzim xilanase dari cairan rumen kambing & domba dan sumber air panas di
Cipanas. Skripsi Fakultas Peternakan. Instirut Pertanian Bogor.
Fardiaz. 1988. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas
– LSI. Bogo
Hobson, P. N and C. S Stewart.1992. The Rumen Microbial
Ecosystem. Blackie Academic & Professional. New York.
Setyawati, I. 2007. Pemanfaatan tongkol jagung sebagai media
untuk produksi enzim xilanase. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar